RINGKASAN KARAKTERISTIK BUAH HERBAL ASAL BORNEO (KALIMANTAN)

Nama               : SILVIA
Nim                 : C1061161013
Tugas               : Meringkas
Mata kuliah     : Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian
Buku               : Perspektif Baru: Permen Jelly Kaya Nutrisi Dari Alam Borneo
Penyusun         : Yohana S. K. Dewi dan Oke Anandika Lestari
Dipublikasikan: Desember, 2017
Halaman          : Bab II ( 6-29)
MERINGKAS TENTANG KARAKTERISTIK DAN PROSPEK BUAH DAN HERBAL ASAL BORNEO
Indonesia merupakan salah satu negara di daerah tropis yang potensial dalam mengembangkan buah, sayuran dan hortikultura. Menurut Sunarjono (2002), buah-buahan tropis Indonesia ada yang bersifat semusim atau dua musim (annual) atau tahunan (perenial). Dan di Indonesia buah tahunan lebih dominan dan umumnya di panen pada musim hujan. Berdasarkan statistik buah-buahan, dan sayuran tahunan (BPS, 2016) tanaman buah tahunan dikelompokan menjadi 4 yaitu :
1.      Jenis tanaman buah-buahan yang tidak berumpun dan di panen sekaligus, contohnya adalah buah langsat/ duku, mangga, manggis, rambutan dan sukun.
2.      Jenis tanaman buah-buahan yang tidak berumpun dan di panen berulangkali/lebih dari satu kali dalam satu musim. Jenis ini dibedakan atas tanaman buah yang dipanen terus menerus satu tahun, dan dipanen terus menerus satu musim. Anggur, belimbing, jambu biji, jeruk siam, jeruk besar, cempedak, nangka, pepaya, kiwi, sirsak, alpukat, apel dan durian merupakan Jenis Tanaman Buah-Buahan yang tidak berumpun dan dipanen berulangkali/ lebih dari satu kali dalam satu musim/tahun.
3.      Jenis tanaman buah-buahan yang berumpun dan di panen terus menerus, contoh jenis buah ini adalah nanas, pisang dan salak.
4.      Tanaman Buah Yang Dipanen Tahunan Sebagai Sayur, contohnya adalah melinjo, petai dan jengkol.
Cempedak merupakan salah satu buah lokal borneo yang memiliki citarasa dan aroma yang harum, menurut Halimatussa’diah et al. (2014) mengatakan ekstrak daun cempedak yang dicampur dengan daun bandotan berkemampuan sebagai antioksidan. Hutapea (2011), kandungan air pada buah cempedak sebesar 67 % dan hal tersebut mengakibatkan buah cempedak mudah busuk dan tidak tahan lama. Karena menggingat penelitian tentang cempedak hanya terbatas pada daun dan kulit batang, oleh karena itu diversifikasi cempedak menjadi produk olahan lempok  merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan mutu, daya simpan dan jangkauan pasar yang lebih luas (Suryawan, 1985).
Menurut Astawan (2009), kandungan setiap 100 g bagian buah cempedak (Artocarpus integer) yang dapat dimakan kira-kira adalah protein 3,0 g, lemak 0,4 g, karbohidrat 28,6 g, kalsium 20 mg, fosfor 30 mg, zat besi 1,5 mg, vitamin A 200 SI, vitamin C 15 mg, air 67,0 g. Pengolahan dengan penggorengan vakum mempengaruhi kandungan nutrisi biji cempedak Lestari dan Dewi (2016) kandungan kadar air yang rendah, serta kandungan lemak, karbohidrat dan energi yang lebih tinggi dari biji cempedak segar. Hasil ketersediaan nutrisi pada pengolahan keripik cempedak dan nangka mengalami penurunan mutu ketika pengolahan daging buah sehingga diperlukan pengembangan teknologi aplikasi untuk proses diversifikasi pangan.
Selain buah-buahan lokal seperti cempedak yang menjadi unggulan di borneo, tumbuhan herba seperti daun muje, Aloe vera dan daun kesum juga dikenal sebagai herba unggulan borneo.
a.       Daun muje merupakan tanaman herba berupa  semak tahunan yang tingginya 50-75 cm, dimana batang tanaman ini bersifat tegak, bersegi halus dan berwarna hijau. Tanaman muje memiliki senyawa bioaktif yaitu serebrosida dan  Polifenol. Tanaman ini masuk ke dalam familia Acanthaceae yang termasuk ke dalam tanaman obat tradisional baik di Indonesia, Taiwan dan China. Liang teh adalah minuman tradisional daun muje. Liang teh merupakan sebutan untuk ramuan bunga, daun, biji, akar, atau buah kering untuk membuat minuman herbal penyegar yang rasanya seperti teh.
Berdasarkan hasil analisis fisikokimia daun muje per 100 gram bahan segar yaitu, pucuk memiliki kandungan vitamin C dan kadar air yang lebih tinggi dari pada bukan pucuk.  Sedangkan pH, total asam dan total padatan terlarut memiliki kandungan yang sama baik pada pucuk maupun bukan pucuk. Dewi dan Arotonang (2014) merekomendasikan untuk pembuatan liang teh dengan cara merebus daun Dicliptera chinensis segar sebanyak 50-55 gram dan nans kerang sebanyak 20 gram dan ditambah air mendidih sebanyak 1 liter dipanaskan dengan suhu 80 – 90 °C selama 15 menit. Sari yang dihasilkan disaring disebut sari liang dan untuk keperluan minuman ditambahkan gula pasir 70 gram. Sifat antioksidan sari liang teh berpotensi untuk dikembangkan sebagai bahan produk olahan pangan yang berdaya saing seperti permen jelly dengan pengembangan lebih lanjut.
b.      Lidah Buaya
Aloe chinensis merupakan herba sukulen yang banyak terdapat di daerah tropis Indonesia termasuk dearah Borneo dan lebih dikenal dengan sebutan lidah buaya (Dewi, 2006). Lidah buaya digunakan baik secara topikal pada kulit dalam bentuk potongan daging pelepah  atau dalam bentuk jus atau konsentrat minuman dan lidah buaya menyukai daerah gambut dan tempat kering.
Selama penanganan pasca panen sampai produk akhir terdapat fakto-faktor lingkungan yang mempengaruhi stabilitasnya seperti suhu, radiasi, cahaya, udara, kelembaban, pH, solven yang digunakan untuk ekstraksi, kualitas air yang digunakan dalam proses pengolahan ada tidaknya kontaminan
logam dalam kontainer (Morsy, 1987). Kerusakan enzimatis  gel dengan adanya udara dan penyinaran akan merubah warna gel dari transparan menjadi kecoklatan dan terjadi penurunan viskositas.
Connel dan Fox (1998) menyatakan bahwa Aloe vera komersial dalam bentuk tepung dengan kandungan Aloe 20% mempunyai total fenol 143 mg galat per gram ekstrak. lidah buaya mengandung 2 komponen utama dalam bahan kering dari ekstraknya yaitu,  1. Eksudut, berwarna kuning, mengandung antrakuinon 2. Gel lidah buaya, digunakan secra tradisional untuk minuman dan kosmetik. Aloe vera mempunyai beberapa komponen yang terkandung didalamnya, dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini
Tabel 1 komponen yang terkandung dalam aloe vera
Nama Komponen
Kandungan
Air
99,5% dari total padatan terlarut 0,4 – 0,5%
Komponen bioaktif (Aloeresin A, Aloesin dan Aloin)
70-97% dari total bahan kering
Isoaloeresin D dan Aloeresin E (menghambat oksidasi Tirosin)
30% dan 75% pada konsentrasi 100 ppm
asam askorbat
90%.

Yen et al. (2000) menyatakan bahwa komponen antrakuinon dan antron yang terdapat dalam ekstrak Aloe vera telah diteliti kemampuannya sebagai antioksidan. Berdasarkan penelitiannya kedua senyawa tersebut emodin dan emodin diisolasi, menunjukkan aktivitas antioksidasi dengan pengujian dalam sistim asam linoleat dan berkemampuan menangkap radikal hidroksi. Dewi (2006) melakukan pengujian pH dan viskositas jus lidah buaya dan hasil yang diperoleh adalah pH 4,20 dan viskositasnya 1,50 centipois. Pengujian ini merupakan upaya awal untyuk mengetahui kesegaran lidah buaya.
Pengujian aktivitas antioksidan dengan sistem pangan dan biologi dapat diketahui dari hasil uji aktivitas antioksidan jus jernih lidah buaya dan jus keruh lidah buaya. dapat dibuktikan kemampuan jus lidah buaya baik dalam bentuk jernih maapaun jus keruh berkemampuan sebagai sumber antioksidan dalam sistem pangan. Jus jernih merupakan upaya yang dilakukan untuk menghilangkan bau langu dari jus lidah buaya
Pemanfaatan lidah bauaya dalam dunia kesehatan sudah diteliti oleh Dewi et al. (2009) yang mengatakan  bahwa fraksi methanol fenolik Aloe chinensis berkemampuan  menurunkan glukosa darah tikus diabetes NIDDM pada pemberian 120 mg/kg BB sampai dengan 480 mg/BB dan menjadi normal setelah pemberian 1 hari. Pada tikus normal yang diberikan fraksi methanol  dengan konsentrasi 120 mg/kg BB sampai dengan 240mg/mkg BB menunjukkan kandungan MDA yang semakin kecil dalam plasma darah tetapi setelah kandungan fraksi methanol ditingkatkan menjadi 480 dan 960 maka aktivitas antiokasidan plasma  justru menurun yang diekspresikan dengan meningkatnya MDA  plasma darah (Dewi et al, 2009). Berdasarkan analisis kandungan plasma MDA tikus normanl dan diabetes pada pemberian fraksi fenolik jangka panjang mempengaruhi kesehatan tikus diabetes. konsumsi sediaan lidah buaya jenis Aloe chinensis dalam jangka waktu 3 bulan ternyata glukosa darah justru meningkat











negara di daerah tropis yang potensial dalam mengembangkan buah, sayuran dan hortikultura. Menurut Sunarjono (2002), buah-buahan tropis Indonesia ada yang bersifat semusim atau dua musim (annual) atau tahunan (perenial). Dan di Indonesia buah tahunan lebih dominan dan umumnya di panen pada musim hujan. Berdasarkan statistik buah-buahan, dan sayuran tahunan (BPS, 2016) tanaman buah tahunan dikelompokan menjadi 4 yaitu :

1.      Jenis tanaman buah-buahan yang tidak berumpun dan di panen sekaligus, contohnya adalah buah langsat/ duku, mangga, manggis, rambutan dan sukun.
2.      Jenis tanaman buah-buahan yang tidak berumpun dan di panen berulangkali/lebih dari satu kali dalam satu musim. Jenis ini dibedakan atas tanaman buah yang dipanen terus menerus satu tahun, dan dipanen terus menerus satu musim. Anggur, belimbing, jambu biji, jeruk siam, jeruk besar, cempedak, nangka, pepaya, kiwi, sirsak, alpukat, apel dan durian merupakan Jenis Tanaman Buah-Buahan yang tidak berumpun dan dipanen berulangkali/ lebih dari satu kali dalam satu musim/tahun.
3.      Jenis tanaman buah-buahan yang berumpun dan di panen terus menerus, contoh jenis buah ini adalah nanas, pisang dan salak.
4.      Tanaman Buah Yang Dipanen Tahunan Sebagai Sayur, contohnya adalah melinjo, petai dan jengkol.
Cempedak merupakan salah satu buah lokal borneo yang memiliki citarasa dan aroma yang harum, menurut Halimatussa’diah et al. (2014) mengatakan ekstrak daun cempedak yang dicampur dengan daun bandotan berkemampuan sebagai antioksidan. Hutapea (2011), kandungan air pada buah cempedak sebesar 67 % dan hal tersebut mengakibatkan buah cempedak mudah busuk dan tidak tahan lama. Karena menggingat penelitian tentang cempedak hanya terbatas pada daun dan kulit batang, oleh karena itu diversifikasi cempedak menjadi produk olahan lempok  merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan mutu, daya simpan dan jangkauan pasar yang lebih luas (Suryawan, 1985).
Menurut Astawan (2009), kandungan setiap 100 g bagian buah cempedak (Artocarpus integer) yang dapat dimakan kira-kira adalah protein 3,0 g, lemak 0,4 g, karbohidrat 28,6 g, kalsium 20 mg, fosfor 30 mg, zat besi 1,5 mg, vitamin A 200 SI, vitamin C 15 mg, air 67,0 g. Pengolahan dengan penggorengan vakum mempengaruhi kandungan nutrisi biji cempedak Lestari dan Dewi (2016) kandungan kadar air yang rendah, serta kandungan lemak, karbohidrat dan energi yang lebih tinggi dari biji cempedak segar. Hasil ketersediaan nutrisi pada pengolahan keripik cempedak dan nangka mengalami penurunan mutu ketika pengolahan daging buah sehingga diperlukan pengembangan teknologi aplikasi untuk proses diversifikasi pangan.
Selain buah-buahan lokal seperti cempedak yang menjadi unggulan di borneo, tumbuhan herba seperti daun muje, Aloe vera dan daun kesum juga dikenal sebagai herba unggulan borneo.
a.       Daun muje merupakan tanaman herba berupa  semak tahunan yang tingginya 50-75 cm, dimana batang tanaman ini bersifat tegak, bersegi halus dan berwarna hijau. Tanaman muje memiliki senyawa bioaktif yaitu serebrosida dan  Polifenol. Tanaman ini masuk ke dalam familia Acanthaceae yang termasuk ke dalam tanaman obat tradisional baik di Indonesia, Taiwan dan China. Liang teh adalah minuman tradisional daun muje. Liang teh merupakan sebutan untuk ramuan bunga, daun, biji, akar, atau buah kering untuk membuat minuman herbal penyegar yang rasanya seperti teh.
Berdasarkan hasil analisis fisikokimia daun muje per 100 gram bahan segar yaitu, pucuk memiliki kandungan vitamin C dan kadar air yang lebih tinggi dari pada bukan pucuk.  Sedangkan pH, total asam dan total padatan terlarut memiliki kandungan yang sama baik pada pucuk maupun bukan pucuk. Dewi dan Arotonang (2014) merekomendasikan untuk pembuatan liang teh dengan cara merebus daun Dicliptera chinensis segar sebanyak 50-55 gram dan nans kerang sebanyak 20 gram dan ditambah air mendidih sebanyak 1 liter dipanaskan dengan suhu 80 – 90 °C selama 15 menit. Sari yang dihasilkan disaring disebut sari liang dan untuk keperluan minuman ditambahkan gula pasir 70 gram. Sifat antioksidan sari liang teh berpotensi untuk dikembangkan sebagai bahan produk olahan pangan yang berdaya saing seperti permen jelly dengan pengembangan lebih lanjut.
b.      Lidah Buaya
Aloe chinensis merupakan herba sukulen yang banyak terdapat di daerah tropis Indonesia termasuk dearah Borneo dan lebih dikenal dengan sebutan lidah buaya (Dewi, 2006). Lidah buaya digunakan baik secara topikal pada kulit dalam bentuk potongan daging pelepah  atau dalam bentuk jus atau konsentrat minuman dan lidah buaya menyukai daerah gambut dan tempat kering.
Selama penanganan pasca panen sampai produk akhir terdapat fakto-faktor lingkungan yang mempengaruhi stabilitasnya seperti suhu, radiasi, cahaya, udara, kelembaban, pH, solven yang digunakan untuk ekstraksi, kualitas air yang digunakan dalam proses pengolahan ada tidaknya kontaminan
logam dalam kontainer (Morsy, 1987). Kerusakan enzimatis  gel dengan adanya udara dan penyinaran akan merubah warna gel dari transparan menjadi kecoklatan dan terjadi penurunan viskositas.
Connel dan Fox (1998) menyatakan bahwa Aloe vera komersial dalam bentuk tepung dengan kandungan Aloe 20% mempunyai total fenol 143 mg galat per gram ekstrak. lidah buaya mengandung 2 komponen utama dalam bahan kering dari ekstraknya yaitu,  1. Eksudut, berwarna kuning, mengandung antrakuinon 2. Gel lidah buaya, digunakan secra tradisional untuk minuman dan kosmetik. Aloe vera mempunyai beberapa komponen yang terkandung didalamnya, dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini
Tabel 1 komponen yang terkandung dalam aloe vera
Nama Komponen
Kandungan
Air
99,5% dari total padatan terlarut 0,4 – 0,5%
Komponen bioaktif (Aloeresin A, Aloesin dan Aloin)
70-97% dari total bahan kering
Isoaloeresin D dan Aloeresin E (menghambat oksidasi Tirosin)
30% dan 75% pada konsentrasi 100 ppm
asam askorbat
90%.

Yen et al. (2000) menyatakan bahwa komponen antrakuinon dan antron yang terdapat dalam ekstrak Aloe vera telah diteliti kemampuannya sebagai antioksidan. Berdasarkan penelitiannya kedua senyawa tersebut emodin dan emodin diisolasi, menunjukkan aktivitas antioksidasi dengan pengujian dalam sistim asam linoleat dan berkemampuan menangkap radikal hidroksi. Dewi (2006) melakukan pengujian pH dan viskositas jus lidah buaya dan hasil yang diperoleh adalah pH 4,20 dan viskositasnya 1,50 centipois. Pengujian ini merupakan upaya awal untyuk mengetahui kesegaran lidah buaya.
Pengujian aktivitas antioksidan dengan sistem pangan dan biologi dapat diketahui dari hasil uji aktivitas antioksidan jus jernih lidah buaya dan jus keruh lidah buaya. dapat dibuktikan kemampuan jus lidah buaya baik dalam bentuk jernih maapaun jus keruh berkemampuan sebagai sumber antioksidan dalam sistem pangan. Jus jernih merupakan upaya yang dilakukan untuk menghilangkan bau langu dari jus lidah buaya
Pemanfaatan lidah bauaya dalam dunia kesehatan sudah diteliti oleh Dewi et al. (2009) yang mengatakan  bahwa fraksi methanol fenolik Aloe chinensis berkemampuan  menurunkan glukosa darah tikus diabetes NIDDM pada pemberian 120 mg/kg BB sampai dengan 480 mg/BB dan menjadi normal setelah pemberian 1 hari. Pada tikus normal yang diberikan fraksi methanol  dengan konsentrasi 120 mg/kg BB sampai dengan 240mg/mkg BB menunjukkan kandungan MDA yang semakin kecil dalam plasma darah tetapi setelah kandungan fraksi methanol ditingkatkan menjadi 480 dan 960 maka aktivitas antiokasidan plasma  justru menurun yang diekspresikan dengan meningkatnya MDA  plasma darah (Dewi et al, 2009). Berdasarkan analisis kandungan plasma MDA tikus normanl dan diabetes pada pemberian fraksi fenolik jangka panjang mempengaruhi kesehatan tikus diabetes. konsumsi sediaan lidah buaya jenis Aloe chinensis dalam jangka waktu 3 bulan ternyata glukosa darah justru meningkat











Comments